Kamis, 22 Desember 2011

Kuliah Lapangan di Alun-alun kota Malang


Seringa kita dengar kata-kata “Kuliah tidak hanya di dalam kelas saja”, dibuktikan oleh mahasiswa UIN maliki Malang jurusan pendidikan Agama Islam kelas F pada hari minggu tanggal 20 nevember mencoba mempraktekan kuliah di lapangan tepatnya di alu-alun kota malang dengan mata kuliah  jurnalistik yang dibimbing oleh bapak khoirul anwar, beliau memberikan instruksi kepada seluruh mahasiswa untuk mencari suasana baru.
Alun-alun merupakan cerminan identitas suatu kota, sehingga tidak segan-segan pemerintah daerah mengeluarkan dana yang cukup besar untuk mempercantik wajah alun-alun sedemikian rupa agar kelihatan indah dan mampu menarik pengunjung. Sehingga tidak jarang pemerintah daerah menjadikan alun-alun sebagai icon kota atau daerah yang patut dibanggakan. Simbol daerah bisanya juga dipasang disana, Kota Batu misalnya menampilkan monument buah apel sebagai simbol kota begitu juga dengan kota-kota lainnya termasuk kota Malang.
Alun-Alun Malang
Kuliah sambil Menikmati suasana alun-alun tampak kurang kondusif dengan banyaknya polusi dan kebisingan terdengar disebabkan banyaknya kendaraan bermotor melintas disekitar alun-alun kota malang, tapi yang membuat betah terlihat berbagai macam hal yang tampak menarik dan menyenakan. Penataan alun-alun bisa dikatakan mempunyai konsep yang hampir sama. Air mancur adalah bagian yang utama yang tidak bisa dihilangkan dari bagian alun-alun, disamping penataan taman dan fasilitas lainnya sebagai penunjang. Di Kota Malang memiliki dua alun-alun yaitu alun-alun jami’ (terletak didepan Masjid jami’ Malang) dan Alun-alun bunder yang berada di depan balai Kota Malang. Tetapi umumnya yang menjadi persinggahan wisata adalah alun-alun Jami’ meskipun tidak sedikit juga yang berkunjung ke alun-alun Bunder. Bersama keluarga atau rombongan pengunjung dari luar kota memanfaatkan alun-alun sebagai tempat persinggahan sekaligus melepas rasa penat setelah seharian berkeliling ke tempat wisata.
Ternyata apa yang dilakukan  oleh sekelompok keluarga telah menjadi kebiasaan yang telah membudaya di masyarakat. Pergi bersama anak-anak beserta keluarga lainnya, menggelar tikar sambil menikmati bekal yang dibawa dari rumah. Sementara anak-anak bermain di tengah taman yang ditata rapi, pedagang asongan sibuk menjajakan dagangannya.
Atraksi topeng monyet atau komedi bedes ikut meramaikan suasana sore yang cerah. Keberadaan ruang terbuka hijau seperti alun-alun sangat dibutuhkan oleh  masyarakat yang setiap hari sumpek dengan kebisingan kota sebagia tempat rekreatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar